Rabu, 11 Maret 2015

SENI BUHUN 
Tasik Explorer di 94.6 FM Style Radio
Sahabat Style, Terebang Gebes merupakan salah satu seni pertunjukan buhun (tradisional) yang bernafaskan Islam. Awal keberadaannya sendiri diperkirakan sejak zaman perkembangan Hindu di Pulau Jawa (sekitar tahun 1800-an). Seperti halnya Terebang Gede yang ada di wilayah Banten, proses perkembangan Terebang Gebes di Tasikmalaya sejalan dengan penyebaran agama Islam di daerah tersebut.
Seni buhun yang masih hidup dan bertahan di Kampung Cirangkong Desa Cikeusal Kec. Tanjungjaya (pemekaran dari Kec. Sukaraja) Kabupaten Tasikmalaya ini, diperkirakan sudah berkembang sejak berdirinya Kabupaten Sukapura di bawah kepemimpinan Raden Wirawangsa yang berkedudukan sebagai Wiradadaha I.
Kesenian Terebang Gebes berkembang pesat di masa pemerintahan Raden Anggadipura I sebagai bentuk hiburan yang disukai masyarakat. Beliau merupakan pemimpin yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan sandang pangan masyarakat, tetapi juga sangat memperhatikan perkembangan seni budaya yang ada di wilayah Kabupaten Sukapura, termasuk Terebang Gebes.

Hal ini pula yang kemudian menyebabkan bermunculannya rombongan kesenian Terebang di wilayah Sukapura. Hingga saat ini, kelompok seni Terebang yang masih bertahan di Tasikmalaya hanya Terebang Rudat di Desa Cibalanarik, Kec. Tanjungjaya; Terebang Sejak di Kec. Salawu, serta Terebang Gebes juga Terebang Sejak yang ada di Desa Cikeusal, Kec. Tanjungjaya.

Alat Musik dan Tembang Seni Terebang Gebes

Tarawangsa merupakan waditra gesek tertua di Jawa Barat. Seni tarawangsa di Cibalong Tasikmalaya, dimainkan bersama dengan kecapi dan calung rantay, bahkan sekaligus dengan nyanyian (vokal) yang dibawakan oleh pemetik kecapi (wanita).

Tarawangsa biasa disebut rebab jangkung, karena bentuknya yang jauh lebih tinggi dari waditra rebab. Lagu-lagu yang dimainkan dengan tarawangsa dari Cibalong ini diantaranya “Pamapag”, “Lokatamala”, “Mulang’, dan “Manuk Hejo”.

Bagian-bagian tarawangsa antara lain, batang leher panjang dari batang kayu, rurumahan berbentuk segi empat panjang, bagian depannya rata, bagian belakangnya cembung, berlubang, dan berkaki di bagian bawah rurumah.

Tiga batang pureut, pucuk (bagian atas yang bentuknya seperti sanggul), inang, dan pangeset (penggesek) yang terdiri dari batang pengeset terbuat dari kayu dan serat nenas atau bulu kuda untuk tali penggeseknya.

Beluk salah satu tembang Sunda yang banyak mempergunakan nada-nada tinggi. Beluk dilakukan paling tidak empat orang. Setiap penyanyi berusaha menampilkan suara-suara yang paling nyaring, tinggi melengking serta eanak didengar, sebab itulah yang menjadi ukuran terbaik. Tidak dibantu dengan juru ilo, orang yang membacakan naskah wawacan. (KDKS - Style Radio)
sumber : http://www.stylefmtasik.com/artikel/tasikmalaya/267-seni-buhun-yang-masih-bertahan-di-kabupaten-tasikmalaya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar